Saat ini gw masih nunggu berita tentang pengungsian warga Suriah. Melewati
musim dingin dengan tak ada jaminan bahwa keluar hidup-hidup dari zona perang
adalah suatu cobaan yang amat sangat. Gw sendiri sampai detik ini memang nggak
pernah merasakan bagaimana musim dingin itu, apalagi hidup di zona perang. Yang
pernah gw alami adalah November-Desember saat ini suhu di Agam drop menurut gw,
amat sangat dingin, walaupunpun faktanya nggak pernah menyentuh angka 15 drajat
celcius, tapi itu udah cukup buat gw menggigil, tangan sakit, jantung berdetak
kencang, susah mengendalikan gemeretak gigi. Gw pikir ”yaAllah segini lemahnya
hamba pada saat musim penghujan, apakabarnya dengan musim dingin.” Tentang zona
perang pun apalagi, yang gw pernah alami adalah tidur di tenda saat kuliah
lapangan. Nggak lebih dari 3-4 malam. Lalu gimana dengan masyarakat di zona
perang itu? amat sulit. Gw bisa rasakan. Gimana air bersih mereka? Gimana
mereka melewati musim dingin?
Kita nggak butuh retorika nyeleneh ”ga usah ikut campur/berkomentar tentang konflik
tersebut”, SO WHAT? Saat berbicara seperti itu di kemanakan akal?
Terbuat dari apa hati itu?
”kita gausah sok tau, kita
belum pernah ke Suriah. Biarkan yang berkewajiban mengurusi”
Gw jujur mau sumpal mulut orang yang ngomong ini. Untuk merasakan apa yang
terjadi disana, GA PERLU LO TERJUN LANGSUNG KE SURIAH BARU TAU GIMANA RASANYA.
SAMPAI KE ALAM BARZAH PUN LO GA BAKALAN PEDULI DENGAN YANG BEGINIAN.
SAMPAI BAPAK, IBU, ANAK, SAUDARA LO YANG JADI KORBAN, BARU MULUT ITU
MENGANGA.
”Ga usah sok share berita
itu, hoax. Itu cuman kerjaan media barat yang memperparah dan melebai-lebaikan
berita”
Haii, punya akal? punya mata untuk baca dan membedakan mana berita benar
atau salah? GUNAKAN. Lo aja tau mana berita benar tentang kehidupan pribadi
mantan, kehidupan pribadi artis hollywood, artis korea. Nah kenapa tiba-tiba
sok bijak bilang berita konflik itu hoax?
Memang banyak orang yang share tanpa baca, tanpa teliti dulu. Tapi itu
bukan lah alasan kita untuk ikut diam tanpa peduli apapun. Sekarang kalau di
tanya ada ikut do’akan mereka di sujud akhir? Ada do’akan mereka sampai ikut
keluar air mata? Gimana ikut simpati, baca berita aja nggak, masa bodo lagi.
Gw pribadi juga pernah salah ikut share berita yang ternyata kebenarannya
itu diragukan. Nah, dari situlah gw menganalisa sendiri mana berita yang benar
atau Cuma di bumbui. Dari situ gw belajar lagi. Sekarang gini ya, betapa
mengerikannya orang yang pandai beretorika ternyata disana ada kepentingan yang
merugikan korban perang tersebut, mari kita katakan yang mendukung pembantaian
di Aleppo. Nah, orang-orang seperti itu lah yang beritanya kita redam. Dengan
kalian yang pandai membaca, menganalisa, sarjana, jangan ikut diam aja. Kasihan
mereka yang terjerumus baca berita sesat itu, karena kita diam.
Sekarang anak muda mainnya gadget, sosial media, ya ramaikan dengan
pemberitaan di sana. Dulu waktu gejolak perang di Afganistan dan Amerika
intervensi Irak, siaran tv heboh tuh. Gw masih ingat. Dimana-mana TV lokal ikut
menyiarkan. Sekarang mana ada. Kesempatan kita ikut berpatisipasi di media
sosial. Tapi gunakan kemampuan untuk menganalisa mana berita yang benar atau
cuman hoax. Kita pasti bisa menganalisanya. Lah lo aja berkutat di skripsi
sampai 6 bulan-1 tahun, kan udah cukup terlatih menyaring bacaan yang benar, ya
kan?
Oke kalian ga suka politik.
Gw pun juga ga suka. Makan hati kalau suka. Kata orang politik udah
terlanjur abu-abu.
Tapi itu jangan jadikan alasan kita untuk ga peduli sama tragedi
kemanusiaan itu.
Ga sedih/haru atau apa gitu, lihat anak kecil belum 5 tahun muraja’ah di
camp pengungsian. Atau emang ga tau beritanya? Atau anggap berita itu hoax?
Sekali lagi gunakan otak untuk menganalisa beritanya. Dan redam tulisan yang
nyeleneh itu. Jangan takut di bilang sok ikut campur politik. Kita gaada
simpatinya sama politik semrawut, mau siang malam bahas siapa benar siapa salah
silahkan, tapi itu loh peluru selalu ”nyasar” ke anak-anak dan orang yang tak
berdaya. Sementara, organisasi yang katanya bertujuan untuk melindungi
perdamaian dunia masih menganggap wacana ”Safe Zone” di kawasan tersebut ga
penting. Sekarang udah darurat seperti ini baru teriak-teriak buat Safe Zone.
Telat pak, telat. Itu warga harus diungsikan segera keluar.
Udah lah untuk saat ini, sangat emosional nulis ini. Sampai kemana-mana
topiknya. Sangat sulit bersikap dingin di situasi seperti ini. Semoga saat gw
baca tulisan ini kembali, darah ga menggenang lagi di daerah konflik itu,
semoga ada langkah tegas dari negara-negara yang diharapkan.
YOUR SILENCE IS A CRIME FOR THEM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar