Selamat
telah menyelasaikan apa yang telah dimulai. Selamat akhirnya ‘berakhir’ juga perjalanan
panjang ini.
Kalau ingat masa kuliah, ku sering marahin Zicka hahaha, maap kan.
Zicka yang hampir tiap hari di telpon ibu nya, lalu ku ketawa dengar bahasa Kerincinya, ndak pernah
bisa ku tahan gelak tawa kalau dengar dia lagi nelpon pakai logat nya.
Zicka, yang selalu santai kayak di pantai padahal sudah telat setengah jam
bahkan lebih. Jam bara ka kampus Ti? Pesan singkat dari Zicka ketika itu. Lalu
ku balas lah: jam 7 kurang 10 lah di halte wak yo Ka. Kuliah mulai jam 7.30,
tapi tetap saja ku telat gegara nunggu Zicka. Ya kadang ku becandakan dia
dengan ngatakan: kalau ado tsunami, Ka duluan anyuik mah. Kadang ku kesal,
marah... dan maap kan ku Zicka. Tapi ku pikir-pikir sensasi telat bareng Zicka
pula yang ku rindukan.
Ku ingat nunggu dia di jembatan dekat Masjid sambil pegang hp buat misscall
dia, lalu keluar lah Zicka dengan wajah innocent nya, ku sorakin lah ”balari
stek Ka”, dia tetap saja jalan santai kayak di pantai. Wkwkwkwk teman awak yang
paling santai. Ku tanya pun kenapa kok lama kali, ku sudah tau jawabannya:
kalau ndak nyetrika baju, ya air di kostan mati.
Zicka, yang seenaknya tidur lebih awal padahal syarat (buku gambar) ujian
praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata nya belum lengkap, lalu pas mau berangkat pakai
celana padahal wajib pakai rok, alasannya LUPA kalau hari itu wajib pakai rok,
santai kali dia tanpa dosa. Rindu awak sama dia.
Zicka, dia kalau ujian suka nya duduk di depan, kalau bisa di dekat dosen.
Dia gak suka nyontek. Ku tahu dia jujur. Walaupun kesehariannya dia santai,
jangan salah kertas jawabannya gak pernah santai- penuh cui panjang lebar
jawabannya.
Sama kayak awak, dia suka nulis pakai pena biru!
Zicka pernah bilang kayak gini buat
nguatin awak yang suka cemas tak berketentuan ini ”manga lo takuik Ti, apak tu
makan nasi wak makan nasi lo mah, santai se lah”, di mushalla jurusan dia
dengarin awak presentasi buat seminar proposal.
Susah kali ku mengingat kenangan bersama Zicka, karena satu per satu di
sana tertulis: TARAGAK (halaaah bilang saja kao lupa, gombal kao).
Sekali lagi.. selamat meraih gelar
Sarjana Sains, Ka
Semoga Allah mudahkan selanjutnya, dikuatkan langkah dan tekad mencapai
impian. Tetap bahagia selalu apapun perjalanan yang dihadapi pasca kampus.
Beberapa hari yang lalu saya di tanya sama junior
di kampus tentang les bahasa inggris, perlu apa nggak? bingung langsung ke
IELTS atau perlu pemantapan di grammar, conversation dan lain-lainnya?
****
Perlu apa nggaknya kita ngambil les itu, kita
nggak bisa ngikutin “orang les ah gue les juga lah.” Sebaiknya hal-hal seperti itu dihindari. Apa kebutuhan kita, kan kita
sendiri yang tau. Kalau boleh saya ngasih pendapat ke mereka yang baru tamat
kuliah dan bingung ngambil les atau nggak, gini, kita kan udah belajar bahasa
inggris dari SD atau bahkan dari TK mungkin. Selama itu waktu kita belajar dan
nyerap teori, nah sekarang yang perlu kita kuatin itu latihan dan latihannya.
Karena kalau mau jujur pada diri sendiri, kita nggak nyaman kalau nggak ada
yang nyuapin. Bahasa itu ilmu praktek bukan ilmu teori, bukan ilmu duduk di
bangku suatu ruangan, jadi alangkah baiknya kita udahan selesai disuapin, kita
sendiri lagi yang genjot diri sendiri, karena pengangan dan segala macam teori
yang udah kita dapat itu udah cukup banget, kitanya yang malas ngulang-ngulang
dan praktek.
Pada tahap ini otodidak adalah hal yang tepat,
kalau menurut saya.
Masalah oh buku saya pas sekolah udah ilang,
catatan-catatannya gak ketemu. Di era canggih ini banyak banget buku-buku bagus
yang bisa di download gratis. Saking banyaknya
teman-teman pasti menangis haru dan geli pada diri sendiri sambil bilang
"kenapa sekarang sih gue baru dapat ini?"
Contohnya mau belajar grammar, kan grammar bagi
sebagian orang momok banget tuh, aduh teman-teman rugi banget ada beberapa buku
bagus yang bisa di download gratis, dan tentunya self study dong! ada Oxford
Practice Grammar dan Fundamentals of English Grammar Workbook by Betty
Schrampfer Azar with Stacy Hagen dan masih banyak yang lain.
Intinya ya kalau menurut saya gak usah ngambil
les kalau yang begituan, kecuali kalau udah benar-benar nge-blank banget gak
tau cara penggunaan IS, AM, ARE, WAS, WERE, kalau itu wah butuh bantuan guru
tempat les. Kalau yang tingkat selanjutnya nge-blank itu ya kita sendiri lagi
yang giat belajar dan ngulang-ngulang.
Karena begini, saya lihat beberapa orang teman di
kampus ngambil les, abis itu kayak ndak puas gitu, saya lihat catatan-catatan mereka, ya
teori-teori yang itu-itu juga bahkan di SMP pun kita udah belajar itu, kalau
gitu ngapain ngabisin duit ratusan ribu bahkan jutaan buat ngulang teori yang
kita sendiri malas usaha keras. Bukan tempat lesnya
yang salah, kitanya yang gak mengenal apa kebutuhan kita.
Catat satu hal penting, kemanapun kita
les gak bakal meningkatkan kualitas bahasa kita kalau nggak kita yang usaha
keras. Apa bedanya atau ruginya saya dimana sih kalau
saya nggak daftar les disana? saya nanya sama teman yang kebetulan pernah les
serta ngajar juga di tempat terkenal. Trus dia bilang, gak ada bedanya itu
tergantung usaha kita, bukan tempat les nya tapi kalau kita ndak pernah ngulang
dan pemalas ya mending gak usah les.
Lalu masuk ke masalah IELTS.
sama juga yang diatas, ketahui dulu kemampuan
kita dimana. karena yang les pun gak menjamin bakalan sekali test IELTS
langsung dapat skor 6.5, pengalaman membuktikan hahaha (rata-rata syarat
beasiswa keluar negeri syarat IELTS nya 6.5 tapi ada bebarapa yang dibawah itu
sayangnya jarang banget), malah sebaliknya ada yang otodidak belajar IELTS nya
langsung 6.5 loh nilainya, contohnya Kiky Edward. Teman-teman obok-obok deh
blog Kiky Edward, dia ngejelasin lengkap disitu belajar otodidak IELTS nya.
Saya banyak belajar dari blog beliau, thanks Mba Kiky.
Saya ngambil les IELTS, karena setelah belajar
otodidak gak menunjukkan progress apa-apa, jadi saya putuskan ngambil les yang
terkenal mahal itu. Nilai tambah kalau kita ngambil les IELTS ini ya tentunya
ada teman seperjuangan pasti lah ya, senasib sepenanggungan belajarnya, ada
tempat feedback essay (walaupun ngantri cuy), belajarnya terstruktur, kita
nggak ngalor-ngilur juga belajarnya karena berasa ada tanggungjawab moral
"gue udah rela ronggoh kocek dalam, masa' main-main sih" Itu sih
kalau menurut saya.
BUT, kalau teman-teman orang yang komitmen sama
diri sendiri, saya saranin ndak usah les. Simpan aja duitnya buat test
simulasi. jangan salah simulasi IELTS ini mahal juga loh, padahal simulasi
doang kan, melayang pula duit ratusan ribu. Simulasinya ya boleh lah
berkali-kali, 5 kali simulasi mungkin biar keliatan progres aslinya gimana.
Kalau perkara ntar gak ada yang ngasih feedback essay
gimana?
Jangan takut jangan cemas pangeran Hamdan disini,
ahahaha kalau boleh lah mintak feedback sama bang putra mahkota ya, langsung
saya kasih puluhan essay nanti. Jangan risau teman-teman, banyak kok jasa
feedback online yang gratisan, pun juga kalau minta senior yang udah expert
juga bisa, tinggal pintar-pintar nyari orang yang berbaik hati rajin
menabung aja.
Buku induk untuk para IELTS-ers, IELTS cambridge,
banyak loh bertebaran di internet. Selain itu juga buku pegangan yang berbagai
macam dan metode lengkap deh semua, tinggal siapin kuota buat download aja,
atau cari WI-FI gretongan di kampus. Lengkaplah semua pokoknya sampai ke
video-video belajar IELTS pun ada, kalau saya belajar sama mba Liz yang baik
hati. Coba lihat di youtube IELTS Liz atau nggak Emma, atau nggak yang
lain-lainnya, sesuaikan saja kalian cocoknya
belajar sama siapa. Mereka full loh ngajarnya, baik itu listening,
Reading, Writing, dan speaking, yang lebih penting lagi gratis. Kalau mau kelas
berbayar ada juga, di situ lebih lengkap lagi. Tapi ngapain bayar kalau ada
yang gratis dan lengkap menurut kita, ya kan? *HidupMentalGratisan*
*GaramLangka*
Satu lagi yang bikin bingung, apa dimantepin dulu tetek bengek bahasa inggris
baru fokus ke IELTS?
kalau menurut saya berdasarkan pengalaman saya
sendiri dan baca-baca tulisan orang-orang di blog juga, saya lebih prefer ke
langsung ceburin diri belajar IELTS. Karena IELTS beda walaupun sama, pokoknya
beda lah, mending learning by doing. Sambil nge-IELTS sambil kuatin belajar
grammar, dan lain-lain.
Jadi ya gitu, sesuaikan porsi kita
dimana, kalau misalkan les cuman buat ngulang-ngulang materi.. mending jangan. Saya gak bermaksud aneh-aneh pada tempat les, saya cuman share pengalaman
pribadi. Dari tulisan ini silahkan diambil manfaatnya, yang gak bermanfaat
jangan diikuti.
****
Berikut merupakan beberapa link terkait tulisan
diatas