Ketika membaca Api Tauhid karangan Habiburrahman El Shirazy, aku teringat perkataan salah seorang teman ku “kok yo ka ambiak jurusan IPA ancak masuak SMA bana lai”
Itulah jawabannya yang kubaca lewat komentar Facebooknya, ketika dia di
tanya salah seorang junior mengapa dia tidak masuk jurusan IPA.
Ada suatu perasaan ganjil, ketika ku membaca komentar tersebut. Suatu
komentar yang tidak berlandaskan apapun, menurut ku. Itu memang pendapat dia
pribadi. Tapi jika pendapat dia pribadi, lalu dibaca orang banyak, nah itu lain
perkara toh? Secara tulisan-tulisan dia yang lain banyak yang membacanya.
Maksud ku, statment ” “kok yo ka ambiak
jurusan IPA ancak masuak SMA bana lai” Merupakan pikiran orang yang masih
mengotak ngotakkan ilmu pengetahuan.
Sorri nih anak IPA yang di pesantren, terkhususnya saya.. terus terang
tersinggung, dengan pernyataan tersebut.
Juga kepada orang yang protes ketika Madrasah Sumatera Thawalib Parabek-Bukittinggi,
menambah jurusan Ilmu pengetahuan Alam dalam kurikulum madrasah tersebut.
Protes dari alumni-alumni, walaupun tidak sedikit juga yang mendukung di
bukanya jurusan Ilmu Pengetahuan alam. Mereka yang tidak mendukung berasalan
jurusan baru ini nantinya bisa saja mengurangi minat santri-santri mendalami
ilmu agama.
”nah begitu tuh orang yang tidak mau
membuka pikirannya” itulah pendapatku kepada mereka yang
sentimen ini.
Saat ini, kita perlu membuka ruang bagi ilmu-ilmu lainnya, yaa kita juga
harus tentunya mendalami beberapa kitab yang menjadi sandaran ilmu. Seperti kami, yang ngambil jurusan IPA toh
kami juga mempelajari apa yang di pelajari di jurusan Agama, ya memang durasi
pelajarannya dikurangi, tapi walaupun begitu, kami yang dari jurusan IPA juga
tidak ketinggalan kok dalam hal belajar kitab kuning, kalau memang itu yang di
cemaskan bagi mereka yang kontra tentang di bukanya jurusan ini.
Dan seharusnya tulisan ini telah lama ku tulis, agar menjadi salah satu
masukan bagi mereka yang melihat sebelah mata akan penempatan jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam di tengah ketatnya
sistem pelajaran di Pesantren.
Justru, dengan mempelajari ilmu ini.. apa yang kita pelajari pada ayat-ayat
Al-qur’an justru nyambung, yang kita
pelajari itu terasa lebih hidup. Karna IPA (fisika, kimia, Biologi, dan
matematika) semuanya telah di rangkum dalam Alqur’an.
Apa yang kita pelajari di IPA, ya semuanya sudah tertulis dalam Al-qur’an.
Do
I make myself clear??
Singkatnya
begini, ”seharusnya anak-anak yang
mendalami agama itu mereka juga harus belajar seperti yang kita pelajari ini
(ilmu pengetahuan alam), agar apa yang kalian baca itu lebih hidup dan lebih
memahami”
Dengan adanya jurusan ini di tengah-tengah kurikulum pesantren, jangan
dilihat sebagai ”ancaman”.
Saya tidak ingin lagi mendengar kalimat pendek kemudian membuat orang yang
membacanya salah tafsir ”IPA HANYA UNTUK
SMA”.
Ini bukan hanya tentang jurusan IPA saja, tetapi mewakili ini juga ingin ku
katakan hal yang sama tentang di bukanya jurusan IPS di lingkungan pesantren,
ya dua jurusan yang tergolong baru itu sama-sama penting, tidak ada kata ini
lebih penting dari itu.
(yaa.. walaupun aku sempat kecewa kenapa jurusan IPS baru dibuka setelah
aku tamat )
Siapalah kita yang berhak mengatakan ilmu ini lebih penting dari ilmu itu
????
Justru disitu ada chemistry yang lekat jika kedua jurusan itu digandengkan
dengan pelajaran agama !.
Lewat tulisan ini, aku ingin menyampaikan ”sebuah kehormatan bagi kami bisa melanjutkan dan mengambil konstenrasi
Ilmu pengetahuan alam di lingkungan pesantren, dimana kami tidak hanya di
gembleng dalam terbata-batanya kami membaca kitab kuning, tapi kami juga
berlari walaupun tersengal-sengal memperlajari pelajaran eksakta. Kedua ilmu tersebut
kalau dilihat sekilas memang berbeda, tapi jika dilihat kembali.. disitu ada
kesamaan, yaa kesamaan yang tak dirasakan kecuali bagi mereka yang mempelajari
kedua ilmu ini, unik bukan?? Maha besar Allah dengan segala lautan ilmu-NYA”
Eh satu lagi, guru ... ya peran guru itu sangat penting bagi murid-murid.
Ini kalimat bukan apa-apa.. tapi ya itu
hashtag keras sih sebenarnya, hehee...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar